Sendiri.
Dikaki langit, pemuda itu berdiri. Membiarkan kakinya
diterpa lembutnya ombak. Matahari bersiap untuk beristirahat, meninggalkan
jejak jingga yang indah. Pemuda itu enggan pulang, masih ingin sendiri,
katanya.
Senja dihadapannya, kelam didalam hatinya.
Perasaan sesak selalu memenuhi dadanya, menciptakan luka
baru dihatinya. Hidup memang selalu misterius, kita tidak tahu mengapa akhirnya
harus begitu. Dia ingin pergi, tapi rindu selalu memenuhi hati.
Tapi, hei, cinta
perihal melepaskan dan mengikhlaskan, lantas, mengapa bersedih? Sesekali dia
menghibur hatinya sendiri—meski hatinya tak terhibur.
Ia pernah mendengar seseorang berkata, “Aku bahagia asal kau
bahagia, meski bukan denganku” Omong kosong, kalimat itu tidak pernah ada dalam
kenyataan. Siapapun yang mengucap kalimat itu, percayalah, dia pun benci
kalimat itu keluar dari bibirnya.
Hari semakin gelap, matahari semakin tumbang, pemuda itu jatuh
kedalam pusaran dalam mematikan lainnya, yang disebut: patah hati.
Komentar
Posting Komentar